.

12 Oktober 2012

Viva Sine Arte Deserta



Tanggal 5 november 1992 adalah awal bagi Teater Jejak untuk menjejakkan kakinya di atas panggung perteateran di Surakarta. Kegelisahan-kegelisahan yang senantiasa muncul menjadi suatu embrio yang mendasari semangat berteater . Pun energi yang luar biasa dari beberapa mahasiswa di ISI Surakarta ( kala itu masih bernama STSI Surakarta, tercatat beberapa nama perintis  : Helmi, Heru Prasetya, Suroto Pincuk, Tri Bowo Kadal, Aryo BG, Chrisnyar, Esha Kardus, Hari Sinthu, Nurhadi Gigol, Kanizhar Chan, Erna Handayani Rining, dan Ista BP ) berhasil membentuk pondasi yang kokoh untuk diwariskan, agar dapat didirikan bangunan yang berarti pula tentunya.
Sejak memanggungkan “Mood” karya Kanizhar Chan ( naskah pertama yang digarap) sampai 2 Dasawarsa perjalanannya, Teater Jejak telah berhasil mementaskan 90-an karya, baik dari teater jejak sendiri maupun hasil tulisan orang lain. Tidak adanya keharusan terhadap bentuk garap maupun gaya khas terhadap setiap karya yang dipentaskan, sudah merupakan suatu keterbukaan pada ritme regenerasi Teater Jejak yang mampu diwujudkan. Dan bingkai yang digunakan juga sangatlah berdasar pada bagaimana pemahaman eksplorasi dari tiap individu yang berkarya. Dan memang pada akhirnya ada sesuatu yang harus senantiasa di pahami, sebuah totalitas berteater dan upaya menjaga intensitas. Berbagai benturan merupakan sesuatu yang wajar. Terus mengalir dan biar berbenturan, menyatu dengan peristiwa yang berarti untuk dialiri atau berbelok dari suatu yang menghambat dan membuat kita mandeg. Meskipun beberapa waktu yang lalu Teater Jejak sempat dikatakan berjalan ditempat, hal tersebut merupakan bagian dari proses pertumbuhan pada sebuah kelompok yang ingin terus tumbuh berkembang dan masih berusaha untuk beraktifitas sesuai dengan gaya dan kemampuan yang ada. Sebab eksistensi tanpa aktifitas hanya akan sekedar esensi nihil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar