Tanggal 5 november 1992 adalah awal
bagi Teater Jejak untuk menjejakkan kakinya di atas panggung perteateran di
Surakarta. Kegelisahan-kegelisahan yang senantiasa muncul menjadi suatu embrio
yang mendasari semangat berteater . Pun energi yang luar biasa dari beberapa
mahasiswa di ISI Surakarta ( kala itu masih bernama STSI Surakarta, tercatat beberapa
nama perintis : Helmi, Heru Prasetya,
Suroto Pincuk, Tri Bowo Kadal, Aryo BG, Chrisnyar, Esha Kardus, Hari Sinthu,
Nurhadi Gigol, Kanizhar Chan, Erna Handayani Rining, dan Ista BP ) berhasil
membentuk pondasi yang kokoh untuk diwariskan, agar dapat didirikan bangunan
yang berarti pula tentunya.
Sejak memanggungkan “Mood” karya
Kanizhar Chan ( naskah pertama yang digarap) sampai 2 Dasawarsa perjalanannya,
Teater Jejak telah berhasil mementaskan 90-an karya, baik dari teater jejak
sendiri maupun hasil tulisan orang lain. Tidak adanya keharusan terhadap bentuk
garap maupun gaya khas terhadap setiap karya yang dipentaskan, sudah merupakan
suatu keterbukaan pada ritme regenerasi Teater Jejak yang mampu diwujudkan. Dan
bingkai yang digunakan juga sangatlah berdasar pada bagaimana pemahaman
eksplorasi dari tiap individu yang berkarya. Dan memang pada akhirnya ada
sesuatu yang harus senantiasa di pahami, sebuah totalitas berteater dan upaya
menjaga intensitas. Berbagai benturan merupakan sesuatu yang wajar. Terus
mengalir dan biar berbenturan, menyatu dengan peristiwa yang berarti untuk
dialiri atau berbelok dari suatu yang menghambat dan membuat kita mandeg.
Meskipun beberapa waktu yang lalu Teater Jejak sempat dikatakan berjalan
ditempat, hal tersebut merupakan bagian dari proses pertumbuhan pada sebuah
kelompok yang ingin terus tumbuh berkembang dan masih berusaha untuk
beraktifitas sesuai dengan gaya dan kemampuan yang ada. Sebab eksistensi tanpa
aktifitas hanya akan sekedar esensi nihil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar